Pemerintah
harus merevitalisasi peran koperasi dalam setiap sendi perekonomian
nasional. Apalagi, menghadapi potensi merembetnya krisis Eropa secara
global, termasuk ke Indonesia, tpada tahun depan.
Demikian diungkapkan Ketua Gabungan Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (GKPRI) Jawa Barat (Jabar), H. Endang Suwarna pada Diskusi
Ekonomi “Refleksi Gerakan Koperasi Jabar” di Redaksi Pikiran Rakyat,
Jln. Soekarno Hatta 147, Bandung, Kamis (29/12). Menurut dia, Indonesia
harus berkaca pada sejumlah negara yang sukses mendongkrak
perekonomiannya dengan melibatkan koperasi.
“Pertumbuhan ekonomi India bisa mencapai delapan persen karena
melibatkan koperasi. Banyak lagi negara-negara lain yang sukses karena
gerakan koperasinya,” tutur Endang.
Di Indoa, menurut dia, koperasi dilibatkan dalam setiap sendi
perekonomian, termasuk adalm aktivitas ekspor dan impor. Sementara di
Indonesia, sejumlah komoditas yang dulu didistribusikan melalui
koperasi, saat ini justru dilepas kepada pihak swasta.
Di sisi lain, menurut dia, para penggiat koperasi juga harus semakin
meningkatkan perannya, jangan hanya menunggu kebijakan pemerintah. “Saat
ini peran penggiat koperasi sangat kurang, harus kembali ditingkatkan
jika memang ingin koperasi kembali berperan penting dalam perekonomian
seperti dulu,” tuturnya.
Namun, diakui Ketua Majelis Pakar Dekopinwil Jabar, Remi Tjahari,
untuk menjadikan koperasi sebagai salah satu penggerak utama sektor
perekonomian nasional, masih terkendala sumber daya manusia (SDM).
Menurut dia, saat ini SDM koperasi yang berkualitas dan terampil sangat
minim. “SDM koperasi perlu didukung kemampuan managerial yang baik. Ini
yang masih kurang,” tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Ketua Dewan Koperasi Wilayah (Dekopinwil) Jawa
Barat (Jabar), Wans Ibrahim, pernah melontarkan hal serupa. Saat itu, ia
meminta agar pemerintah mengembalikan fungsi teknis koperasi.
Jika kembali menjadi lembaga teknis, koperasi dimungkinkan untuk
kembali menyalurkan sejumlah komoditas unggulan, seperti gula, beras,
dan kedelai. Selain bisa menjaga harga komoditas-komoditas tersebut,
langkah tersebut, menurut dia, bisa kembali meningkatkan peran koperasi
dalam perekonomian.
“Kalau distribusi kembali dikelola koperasi, harga dapat lebih
terjaga. Tidak seperti sekarang, harga terus melambung. Apalagi, untuk
komoditas yang hanya didistribusikan oleh segelintir distributor. Ini
perlu peran dan dukungan pemerintah pusat,” katanya saat itu.
Selain itu, menurut dia, dengan menjadi lembaga teknis, koordinasi
antara semua kebijakan pusat dan implementasi di lapangan lebih
terkontrol. “Idealnya, penanganan koperasi harus secara menyeluruh
hingga daerah. Sayangnya, saat ini, penanganan koperasi berada dalam
koridor kementrian. Kebijakan hanya ada di pusat,” ujar Wans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar